Rabu, 26 Desember 2007

BAB I
Revolusi yang Dikompromikan
OLEH: Rizavan Shufi Thoriqi
Sumpah Pemuda itu berlangsung sekitar 79 tahun yang lalu KongresPemuda kedua yang melahirkan Sumpah Pemuda. Kita bernama Indonesia itubelum lama yaitu tahun 1850. Nama itu pun bukan kita (bangsaIndonesia-ed) yang membuat, tapi orang lain. Sumpah Pemuda saya sebutsebagai peristiwa monumental. Rendra pernah menulis bahwa SumpahPemuda itu lebih agung, lebih besar daripada Borobudur. Sebelum SumpahPemuda lahir—barangkali karena posisi geografis kita tercerai-beraidalam kepulauan—organisasi pemuda yang ada ketika itu mengikuti posisigeografisnya: Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Celebes.Di Surabaya lahir sebuah perkumpulan pemuda yang bertujuan memperluaspengetahuan umum, mempelajari kebudayaan, dan bahasa. Perkumpulan itudiberi nama Trikoro Darmo. Perkumpulan itulah yang kemudian tumbuhmenjadi Jong Java. Perkumpulan- perkumpulan pemuda yang ada—atasinisiatif Jong Java dan Jong Sumatera—itulah yang merintis ke arahpenyatuan berbagai organisasi pemuda yang ada. Puncaknya pada KongresPemuda kedua yang melahirkan Sumpah Pemuda. Satu hal perlu dicatat di sini: di dalam membidani lahirnya SumpahPemuda partai-partai politik yang ketika itu sudah ada tidak terdengarmuncul, apalagi berperan. Bahwa dikemudian hari orang-orang darikalangan Indonesia Muda itu menyebar ke berbagai partai politik, itubenar. Tetapi, ketika membidani Sumpah Pemuda, sejauh yang sayaketahui dari berbagai literatur, tidak ada. Hal itu berulang kembaliketika membidani Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus, tidak ada satupunpartai politik yang muncul. Bahwa waktu itu dilarang oleh Jepang, itubenar, tetapi dalam momen seperti itu yang menentukan nasib bangsa,toh tidak muncul.Itu merupakan dua peristiwa yang berulang. Siapa yang berperan disitu? Bukan untuk mengistimewakan kawan muda, tetapi memang anak mudayang berperan. Ketika Sumpah Pemuda, jelas para pemuda. KetikaProklamasi, pemuda lagi dengan mahasiwa. Berulang lagi ketikamenurunkan Soekarno dengan cara-cara yang aneh, itu juga pemuda danmahasiswa. Ketika menurunkan Soeharto, kembali lagi pemuda danmahasiswa. Apakah itu saja? Cukup di situ peranan paramuda: menaikkandan melengserkan, setelah itu ciserasera? Itu berpulang pada kalianyang muda-muda. Saya tidak akan mengatakan harus begini, harus begitu,tidak. Tapi, pengalaman itu mengatakan kepada kita, semua kejadian itutelah membawa kita pada hari ini di mana kita tidak betah rasanya.Saya sendiri terus terang tidak betah pada keadaan yang saya hadapi,saya jalani sekarang ini. Orang berusaha sendiri dengan modal sendiri,susah payah sendiri, diobrak-abrik. Petani bekerja keras, menanam,memelihara tanaman, dibiarkan saja dimangsa oleh tengkulak. Bank-bankkita—bank perkreditan kita ratusan jumlahnya—tetapi mereka (rakyatjelata) tak tersentuh, dan tetap saja menjadi korban bank kelilingyang bunganya tidak kira-kira—20—30% sebulan.Kembali ke Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu yang mengerucutkanorganisasi-organisa si pemuda menjadi terhimpun dalam wadah IndonesiaMuda. Indonesia Muda awalnya diperbolehkan oleh pemerintah kolonial,dengan syarat tidak berpolitik. Tapi dalam praktiknya, merekaberpolitik juga sampai akhirnya digerebek, digeledah kantornya,ditahan pengurusnya. Pemerintah kolonial waktu itu melarang anak-anakdari amtenar-amtenar (pegawai negeri) untuk menjadi anggota IndonesiaMuda. Meskipun demikian Indonesia Muda tidak surut, malah berkembang.Semakin ditekan dia semakin keras melawan. Pengukuhan kita sebagai satu bangsa dilakukan oleh pemuda lewat SumpahPemuda. Sejak itulah kita menganggap diri kita satu bangsa. Tetapi,bagaimana itu terjadi, asal mulanya, tampaknya kita merasa tidak perluuntuk memahaminya. Saya sendiri mengetahui itu sebagian dari literaturyang ditulis orang asing sebagaimana saya mengetahui Sarekat Islam,sebuah organisasi setelah Budi Utomo, organisasi tertua dan terbesaryang pernah ada. Itu saya ketahui dari literatur orang asing. Mengapasejarawan Indonesia tidak menulis itu? Dengan begitu kita belajar daribangsa dan negeri sendiri. Saya tidak mengatakan tidak perlu belajardari bangsa lain, dari revolusi-revolusi negara lain. Itu baik.Tetapi, belajarlah dari bangsa dan negeri sendiri, supaya kita tahusiaapa kita ini, bagaimana kita ini, apa perjalanan yang sudah kitatempuh, mana yang baik, mana yang salah, supaya tidak mengulangikesalahan.

Tidak ada komentar: